Resume Penerapan Audit Sistem Informasi


Audit Sistem Informasi atau Information System Audit adalah proses mengumpulkan dan mengevaluasi fakta untuk memutuskan apakah sistem komputer yang merupakan aset bagi perusahaan terlindungi, integritas data terpelihara, sesuai dengan tujuan organisasi untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Audit Sistem Informasi sendiri bisa dikatakan yaitu suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.



CONTOH PENERAPAN PADA AUDIT SISTEM INFORMASI
 
➢ Preventif Control adalah suatu langkah pencegahan yang diambil sebelum keadaan darurat, kehilangan, atau masalah terjadi. Ini termasuk penggunaan alarm dan kunci, pemisahan tugas (untuk mencegah perekam uang tunai dari kas dan mengendalikan persediaan personil dari pengendalian persediaan) ditambah umum lainnya dan kebijakan-kebijakan otorisasi khusus.
Bisa diartikan bahwa preventif control adalah mengendalikan sistem di muka sebelum proses dimulai dengan menerapkan hal-hal yang merugikan untuk masuk ke dalam sistem , sehingga dirancang untuk mencegah kesalahan atau penyimpangan dari terjadi (misalnya : pengolahan voucher hanya setelah tanda tangan telah diperoleh dari personil yang tepat)
Contoh :

Sistem pengendalian intern (internal control) dimana penerapan kebijaksanaan-kebijaksanaan, metode-metode dan prosedur-prosedur didalam sistem pengendalian intern dimaksudkan untuk mencegah hal-hal yang tidak baik yang mengganggu masukan, proses dan hasil dari sistem supaya sistem dapat beroperasi seperti yang diharapkan.
Melindungi kas dari pencurian atau penyalahgunaan mulai saat diterima sampai disetorkan ke bank.

➢ Detective Control adalah sesuatu yang dirancang untuk menemukan kesalahan atau penyimpangan setelah mereka telah terjadi (missalnya : departemen memeriksa tagihan telepon untuk panggilan pribadi).
Detektif kontrol dirancang untuk mendeteksi kesalahan dan penyimpangan yang telah terjadi dan untuk menjamin prompt mereka koreksi. Kontrol ini merupakan biaya operasi yang terus-menerus dan sering kali mahal, tapi perlu.

kontrol ini bertujuan pula untuk menekan dampak dari kesalahan karena dapat mengindetifikasikan suatu kesalahan dengan cepat.

Contoh :

Menemukan  pencurian atau penyalahgunaan kas
Sumber penerimaan kas
–        Penjualan tunai
–        Penerimaan lewat pos
–        Penerimaan lewat bank

➢ Recovery Controls adalah Membantu mengurangi pengaruh dari suatu event yang hilang melalui prosedur recovery data atau mengembalikan data yang hilang melalui prosedur recovery data. Misal, memperbaiki data yang terkena virus.
Kategori lainnya mencakup :

Deterrent Control.
Application Control (kontrol aplikasi)
Untuk memperkecil dan mendeteksi operasi-operasi perangkat lunak yang tidak biasa.
 
Transaction Control (kontrol transaksi).
Untuk menyediakan kontrol di berbagai tahap transaksi (dari inisiasi sampai output,  melalui kontrol testing dan kontrol perubahan).
 
Recovery dalam basis data
adalah file atau  database  yang
telah dibetulkan dari kesalahan, kehilangan atau  kerusakan datanya. Ada beberapa strategi  untuk melakukan back
up dan recovery, yaitu :
 
Strategi Grandfather-Father-Son.
Biasanya  strategi  ini digunakan untuk file yang disimpan di  media  simpanan  luar pita  magnetik. Strategi ini dilakukan dengan menyimpan tiga generasi file induk bersama-sama dengan file transaksinya.
Strategi Pencatatan Ganda (Dual Recording).
Strategi  ini  dilakukan dengan menyimpan dua  buah salinan  database yang lengkap secara terpisah dan menyesuaikan  keduanya secara serentak. Jika  terjadi kegagalan transaksidalam perangkat  keras dapat digunakan alat pengolah kedua yang akan  meng-gantikan fungsi alat pengolah utama jika mengalami kerusakan. Jika alat pengolah utama tidak berfungsi, secara  otomatis program akan dipindah (men-switch) ke  alat pengolah kedua dan database  kedua menjadi database utama. Strategi dual recording ini  sangat tepat untuk aplikasi aplikasi yang databasenya tidak boleh  terganggu dan selalu siap.  Tetapi  hal yang harus dipertimbangkan adalah biayanya, karena harus menggunakan  dua buah alat pengolah  dan  dua  buah database.
Strategi Dumping.
Dumping  dilakukan dengan menyalin semua atau sebagian dari database ke media  back  up  yang  lain (berupa pita magnetik dan disket). Dengan strategi ini rekonstruksi dilakukan dengan merekam   kembali (restore) hasil  dari dumping ke database  di simpanan luar utama dan mengolah transaksi  terakhir yang sudah mempengaruhi database sejak proses dumping berakhir.
Contoh :

Penggunaan alat-alat pengaman fisik dapat berupa :

(a)  Saluran air yang baik yang dapat mencegah meluapnya air  kedalam gedung bila terjadi banjir atau  hujan lebat.

(b)  Tersedianya alat pemadam kebakaran di tempat-tempat yang strategis  dan mudah dijangkau bila terjadi kebakaran.

(c)   Digunakan  UPS (Uninteruptible Power System)  untuk mengatasi bila  arus  listrik tiba-tiba terputus sehingga proses pengolahan data tidak terganggu  dan dapat dilanjutkan  atau dihentikan  seketika. UPS berisi  accu  yang dapat  menggantikan fungsi  arus listrik terputus dan dapat tahan berjam-jam.

(d)  Stabilizer untuk menghasilkan arus listrik.

(e)  Pemakaian AC (Air Conditioning) untuk mengatur  temperatur ruangan. Temperatur yang ideal ini  berkisar antara 10°C s/d 35°C.

(f)    Dipasang alat pendeteksi kebakaran atau bila  timbul asap yang merupakan tanda-tanda mulai terjadi  kebakaran.

➢ Deterrent Control digunakan untuk merujuk kepada suatu kepatuhan (compliance) dengan peraturan-peraturan external maupun regulasi-regulasi yang ada.
Contoh :

Pemisahan tugas akan mengurangi kesempatan yang memungkinkan seseorang dalam posisi yang dapat melakukan sekaligus menutupi kekeliruan atau ke tidakberesan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Oleh sebab itu tanggung jawab untuk memberikan otorisasi transaksi, mencatat transaksi dan menyimpan aktiva perlu dipisahkan ditangan karyawan yang berbeda dengan pemisahan ini maka tidak ada seorangpun yang menjalankan dua atau tiga fungsi secara bersama, Hal ini dapat menghindari terjadi kolusi , effensi pelaksanaan tugas lebih dicapai, serta terhindar dari kesalahan adanya cross check.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar